Sunday, May 26, 2013

Menikahi masa lalu


Banyak alasan bagi seseorang untuk menikahi pasangannya. Ada yang karena hartanya, kedudukannya, parasnya, dan ketaatan beragamanya. Ada juga karena keterpaksaan. Dijodohkan atau disuruh menikah cepat-cepat karena orang tua ingin segera menimang cucu.

Apapun itu, semuanya merupakan hak asasi masing-masing orang. Sah-sah saja. Tetapi, yang paling sulit ialah menikahi masa lalu seseorang. Sebaik dan sedalam apapun kita mengenal pasangan, akan selalu ada rahasia-rahasia yang tidak ingin diketahui. Karena tiap kita pasti punya ‘dirty little secret’ tersendiri.

Biasanya di dalam masa pengenalan (pacaran) selalu bercerita masa lalu yang datar-datar saja. Bagaimana saat-saat masa sekolah dahulu, masa kecil di keluarga, dan cerita-cerita indah lainnya. Mana ada di antara kita yang begitu nekat menceritakan masa kelamnya.

Berani menerima kejujuran pasangan

Rahasia-rahasia itu mulai terkuak satu per satu saat sudah menjalani pernikahan. Kita jadi tahu masa lalu pasangan yang kelam dari berbagai sumber. Entah itu disengaja atau tidak. Sebagian besarnya sangat sulit untuk dipercayai. Sangat tidak mungkin terjadi, tetapi memang itulah kenyataannya.

Tidak menjadi masalah jika pasangan tidak mau memperpanjang urusan. Toh, itu bagian dari masa lalunya. Tetapi, ada juga yang merasa tertipu oleh pasangannya. Sebagian yang lain bahkan ada semacam tuntutan ‘ganti rugi’ atas ketidakterusterangan si pasangan.

Persoalan ini timbul karena memang tidak ada keberanian untuk menerima kejujuran pasangan. Sehingga ada rasa takut tidak lagi diterima dengan baik oleh pasangannya dan/atau keluarganya. Maka, ketika pecah di tengah jalan, efek yang timbul begitu besar.

Memaknai kembali pernikahan

Untuk itu, penting bagi calon yang ingin menikah untuk kembali memaknai pernikahan. Pernikahan memang jalan yang disediakan bagi dua insan yang berbeda. Tujuannya untuk saling mengisi antarpasangan agar tercipta sebuah keharmonisan yang indah. Kekurangan di satu sisi, diisi dengan kelebihan di sisi yang lain.

Disaat hendak melangkah ke jenjang tersebut, bercerita tentang masa lalu yang kelam tidaklah merugikan. Justru akan membuat masing-masing pihak merasa tidak dirugikan. Andaipun harus gagal, bukankah lebih baik terjadi di awal daripada harus terbongkar di tengah jalan?

Sekelam apapun masa lalu yang melekat pada diri pasangan, tetaplah ia menjadi bagian yang terpisahkan. Pengalaman pahit terdahulu itu justru membuat keanggunan pribadi kita di masa kini. Tanpa adanya pelajaran yang bisa dipetik, mustahil kita mampu mengarungi samudera kehidupan ini. Apapun itu, terimalah dirinya apa adanya. Bukan ada apanya.

0 comments:

Post a Comment